Kegiatan Sosial
Kerja Sosial di Poliklinik Gereja Santa Maria Regina
Kerja Sosial di Poliklinik Gerja Santo Matius (Polimat)
sumber: Kompas.com
Tanggal : 21/07/2008, 13:02 WIB
link: https://regional.kompas.com/read/2008/07/21/13020011/aksi.dokter.berhati.mulia?page=all
Pengobatan gratis itu bernama Rumah Sehat Masjid Agung Sunda Kelapa (RSMASK). Diresmikan oleh Presiden Soesilo Bambang Yodhoyono pada 14 September 2007. Sejak diresmikan, rumah sehat ini dikomandani oleh dr. H.M. Fachrizal Achmad, M.Si.
"Saya merasakan ada sesuatu yang berbeda ketika bekerja di sini. Hidup saya lebih tenang, enggak ada beban. Makanya berat badan saya sekarang bertambah," kata lulusan Fakultas Kedokteran UI saat berbincang dengan NOVA.
Hampir setiap bulan, RSMASK mengadakan program-program khusus seperti operasi katarak, sunatan massal, hernia dan lain-lain. "Untuk Juli dan Agustus depan kami akan mengadakan operasi hernia, katarak dan bibir sumbing. Juga ada program sunatan massal keliling di enam kota."
Tidak Dibedakan
Fachrizal tak sendiri, ada beberapa dokter lain yang juga mengabdikan dirinya pada masyarakat bawah. Diantaranya adalah dr. Herman Hasan dan dr. Tjumiati yang bahu-membahu mendirikan Poliklinik Matius 25 (Polimat) di kawasan Pondok Aren, Tangerang. "Tak ada salahnya kan, membantu orang yang tengah kesulitan? Kegiatan ini sudah saya lakukan sejak lulus dari Fakultas Kedokteran Atmajaya pada tahun 86. Saya senang melakukan kegiatan seperti ini," ujar Herman yang menyisihkan waktunya satu hari setiap bulan untuk aktif di Polimat.
Dalam sehari, Polimat bisa menangani pasien sampai 70 orang. "Untungnya kami dibantu beberapa dokter. Selain itu, juga dengan beberapa organisasi lain yang juga membuka pengobatan murah atau gratis. Sehingga pasien tak terlalu banyak. Dengan Puskesmas pun hubungan kami baik,"kata Tjumiati.
Seperti di Rumah Sehat, pasien yang datang ke Polimat dengan beragam penyakit. Jika harus operasi di RS, pihaknya harus mencari donatur.
Tjumiati bersyukur keluarga sangat mendukung langkah yang diambilnya. "Kadang-kadang saya ajak dua anak saya ikut membantu. Dengan begitu, saya berharap anak-anak dapat mengikuti langkah saya. Seperti saya dulu yang oleh orangtua saya sudah diajarkan untuk membantu orang-orang yang sedang kesusahan," kata wanita kelahiran Blora, Jawa Tengah itu.
Walau tidak dibayar, "Saya enggak membeda-bedakan pasien, enggak boleh begitu. Semua pasien sama saja penanganannya. Apa agama atau status mereka, semua itu enggak jadi masalah bagi saya," ucapnya sambil tersenyum.
Soal rezeki, "Bila enggak datang dari mereka, siapa tahu datang dari orang lain. Lagi pula dengan melakukan kegiatan sosial ini saya berharap dapat pasport ke surga. Jangan hanya memikirkan soal dunia, tapi juga memikirkan soal akhirat nanti," tambahnya.
Program kesehatan lain seperti Posyandu atau operasi gratis pun kerap dilakukan Tjumiati dengan Polimat. "Di Posyandu kami memberi susu dan vitamin pada anak-anak yang kurang gizi.. Untuk operasi gratis juga sudah beberapa kali kami lakukan. Paling dekat, September depan kami akan membuat operasi katarak gratis." Karena itu, "Pasien kami semakin lama semakin bertambah. Enggak lagi datang dari sekitar Polimat, tapi ada juga yang dari Ciputat, Tangerang. Padahal kami enggak pernah mengiklankan. Mereka tahu dari mulut ke mulut saja," bebernya.
Kedepan, Tjumiati berharap dapat terus meningkatkan pelayanannya. "Salah satunya kami berharap bisa membuat ruang perawatan inap. Untuk sementara ini kami kesulitan mendapatkan tanahnya. Kami masih menunggu donaturnya."
Comments
Post a Comment