Skip to main content

Rapid Test Antigen Bikin Bingung: Positif Vs Reaktif, Bedanya Apa Sih?

 Rapid Test Antigen Bikin Bingung: Positif Vs Reaktif, Bedanya Apa Sih?

Jakarta - Ada banyak istilah seputar COVID-19 yang bikin bingung, termasuk soal hasil rapid test antigen. Di beberapa tempat, hasilnya dinyatakan sebagai 'positif' atau 'negatif' dan di tempat lain disebut 'reaktif' atau 'nonreaktif'.

Selama ini, hasil 'positif' atau 'negatif' didapatkan dari tes PCR (polymerase chain reaction) atau PCR swab. Sementara itu, hasil 'reaktif' atau 'nonreaktif' didapat dari rapid test, dalam hal ini adalah rapid test antibodi atau serologi.

Kalau rapid test antigen, positif atau reaktif? Negatif atau nonreaktif?

Rapid test antigen ini memang unik. Berbeda dengan rapid test pada umumnya yang mendeteksi antibodi atau jejak respons imun, jenis tes ini mendeteksi antigen yang merupakan protein yang disandi oleh genetik virusnya sendiri. Karenanya, hasilnya lebih mirip tes PCR. Pengambilan sampelnya pun mirip PCR, yakni menggunakan swab hidung atau tenggorokan.

"Tes antigen itu kan langsung virusnya yang dicari. Jadi lebih tepat positif atau negatif. Sama seperti PCR, kalau PCR kan deteksi materi genetik si virus jadi bukan bayangannya (antibodi)," jelas pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Kamis (24/12/2020).


sumber: health detik com

mau daftar Test Rapid Antigen? klik DISINI 

Comments

Popular posts from this blog

Kapan Waktu yang Tepat Lakukan Vaksin HPV dan Papsmear?

Jakarta - Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim akibat Human Papilloma Virus (HPV). Tak heran banyak wanita yang dihantui perasaan cemas akan kesehatan miss V-nya. Tenang, ternyata dengan melakukan vaksinasi dan skrining atau papsmear secara rutin para wanita dapat bernafas lega. Tetapi melakukan vaksinasi atau papsmear tidak sembarangan lho.  Ada waktu yang tepat untuk memaksimalkannya. Dr dr Junita Indarti, SpOG(K) dokter kandungan di RSCM menginformasikan bahwa vaksinasi HPV sebaiknya dilakukan sejak umur 10-55 tahun. "Hal ini untuk memberikan pencegahan sebelum melakukan kontak seksual," terangnya. Hal ini disampaikannya dalam acara bincang sehat 'Kartini Peduli Kanker Serviks' di RSCM Kencana lantai 5, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat, Sabtu (20/4/2013). dr Junita menambahkan papsmear atau skrining sebaiknya dilakukan 3 tahun setelah melakukan kontak seksual. "Bukan hanya setelah menikah ya, ini yang sering salah ditanyakan. Yang benar ad...